Pokerqq13 Agen Poker Terpercaya - Tanpa sengaja, sewaktu pulang kampung kemarin aku nonton film “3 Idiots” yang diputar di SCTV. Tumben-tumben nonton TV (biasanya terus di depan komputer dan Internet), tumben-tumben nonton film; film India lagi!
Aku tidak nonton film ini dari awal. Pas sedang menyalakan komputer dan melihat sebentar film yang diputar, aku curiga film ini adalah “3 Idiots” yang pernah dibahas dan dipuji teman-teman di milis SekolahRumah. Dan ternyata benar. Film yang diputar adalah “3 Idiots” dan filmnya… KEREN! BAGUS SEKALI!
Nontonnya sambil terharu dan keluar air mata. Untung nonton sendirian dan tak ada orang lain (kalau ada orang lain juga nggak apa-apa sih…).

**
Film ini bercerita tentang kisah persahabatan tiga orang mahasiswa, yaitu Farhan, Raju, dan Rancho (tokoh utama) yang kuliah engineering di Imperial College of Engineering, ceritanya adalah universitas terbaik di India yang menghasilkan para insinyur hebat yang akan direkrut perusahaan-perusahaan.
Baca Juga : Review Film P.K
Universitas ini dijalankan dengan sangat orthodox oleh Profesor ViruS yang menjadi kepalanya. Sebagai contoh, setiap tahun ada pemotretan seluruh mahasiswa dan tempat duduknya diatur berdasarkan ranking; yang terbaik ada di depan dan terburuk ada di barisan paling belakang. Demikian pula, sang profesor tak segan mempermalukan siswa yang bodoh dengan memintanya maju ke depan dan mengolok-oloknya di depan kelas.
Nah, 3 sekawan itu adalah para siswa yang sangat kontras; ada Rancho yang menjadi juara pertama sementara Farhan dan Raju adalah siswa-siswa yang paling bodoh. Sebenarnya dua orang itu tidak bodoh. Farhan sebenarnya passion-nya adalah fotografi alam, tetapi dia berani menekuni minatnya itu karena bapaknya sangat mengharapkan dia menjadi seorang insinyur. Sementara itu, Raju berasal dari keluarga miskin dan realitas itu membuatnya terbelenggu oleh ketakutan akan kegagalan, yang mengakibatkan dia bersikap irasional dengan kebergantungan hanya pada jimat dan sejenisnya tanpa fokus pada kerja keras yang menjadi syarat keberhasilan studinya.
“Ikuti dan tekuni passion untuk kehidupan yang berbahagia”, itulah pesan inti film ini yang disosokkan melalui Farhan. Juga, “lampaui belenggu ketakutan akan kegagalan” sebagaimana yang dialami oleh Raju. Disampaikan dengan tempo yang cepat dan gaya komedi yang padat, film ini sangat enak dinikmati dan sekaligus mencerahkan. Pantas kalau film ini ditonton dan disukai banyak orang sehingga menjadi film Bollywood dengan penghasilan terbesar sepanjang masa di India.
**
Banyak adegan yang menarik, mengesankan, lucu dan mengharukan dalam film ini. Juga, percakapan-percakapan yang cerdas dan bernas.
Salah satu yang aku suka adalah pada saat Farhan memutuskan tidak datang pada jadwal wawancara pekerjaan, sementara di rumah Ayahnya sedang mengelus-elus laptop yang akan menjadi hadiah kelulusan seorang insinyur yang telah digadang-gadangnya. Ketika Farhan pulang dan menghadap Ayahnya menceritakan semuanya, marah besarlah sang Ayah oleh keputusan anaknya. Dan terjadilah dialog bernas antara Raju dan Ayahnya, yang potongannya kurang lebih adalah seperti ini:

“Kamu mau jadi apa nanti kalau berprofesi sebagai fotografer dan tak menjadi insinyur?! Kamu seumur-umur akan mengutuki hidupmu yang miskin dan kesusahan!” kata Ayah Farhan.
“Masih lebih baik aku mengutuki hidupku yang miskin tapi kujalani dengan bahagia. Daripada aku kaya tetapi mengutuki Ayah setiap hari karena aku hidup dengan tersiksa.” Itulah jawaban Farhan dengan air mata bercucuran kepada Ayahnya.
Adegan antara Farhan dan Ayahnya ini ditutup dengan sangat mengharukan. Tanpa menyatakan secara verbal persetujuannya atas pilihan anaknya, dengan mata berkaca-kaca dan sambil mengelus laptop baru yang menjadi hadiah anaknya, Ayahnya berkata,”Apakah laptop ini kalau dijual cukup untuk membeli kamera profesional yang kamu butuhkan?”