Pokerqq13 Agen Poker Terpercaya - No Escape adalah thriller yang efektif. Premisnya relatif sederhana, mengangkat hal mendasar dari ketakutan manusia yaitu ketidaktahuan. Kita umumnya takut terhadap hal yang tidak kita tahu. Saat terjebak dalam kekacauan di suatu negara yang bahasanya tidak anda mengerti, apa yang bisa dilakukan? 

Alih-alih pahlawan tipikal film aksi, sutradara John Erick Dowdle menggunakan protagonis utama yang merupakan orang biasa, yang membuat ketegangan filmnya terasa sangat dekat dengan penonton. Apalagi saat situasinya begitu brutal dan sadis yang membuat kita tak nyaman sejak teror pertama dilepaskan. Skripnya cukup manipulatif dengan menghadirkan anak kecil sebagai "calon" korban.


Plot tak begitu penting disini, namun akan saya paparkan jika anda ingin tahu. Karyawan Jack Dwyer (Owen Wilson) ditugaskan untuk bekerja di cabang perusahaannya yang berada di salah satu negara Asia Tenggara (kemungkinan besar adalah Kamboja, meski syutingnya sendiri dilakukan di Thailand). Jack membawa serta istrinya, Annie (Lake Bell) dan kedua anaknya, Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare). 



Ini tampaknya menjadi awal karir baru bagi Jack. Namun setibanya di hotel, mereka menemukan bahwa televisi dan telepon tidak berfungsi. Saat Jack membeli koran di pagi hari, dia terjebak di antara militan yang menenteng senjata dan bom molotov dengan polisi anti huru-hara yang telah siaga. Pemberontakan pecah dan bereskalasi dengan cepat. Motifnya adalah kapitalisme dari perusahaan asing, jadi para pemberontak bermaksud untuk melenyapkan semua ekspaktriat yang ada di depan mata. Segera, Jack dan keluarganya terjebak di atas gedung hotel, sementara para pemberontak beringas telah siap untuk menjagal mereka di bawah. 

Wilson dan Bell adalah pilihan yang unik. Meski biasanya tampil dalam film komedi, keduanya punya kapasitas dramatis sebagai orang biasa yang terjebak situasi tak biasa disini. Saat kondisi menjadi sangat genting, dimunculkanlah Hammond (Pierce Brosnan) — pria pemabuk misterius yang perannya bisa anda tebak sedari awal — walau tidak untuk waktu yang lama.

No Escape bisa juga dibilang berada di ranah horor. Film ini menampilkan banyak tubuh mati yang berserakan dan memperlihatkan adegan sadis: penembakan, pembacokan, usaha pemerkosaan dll, yang meski tak ditampilkan dengan eksplisit di depan layar, tetap saja tak mengurangi nuansa brutalitasnya. Para pemberontak tak punya kepribadian disini. Mereka tak lebih dari karakter haus darah yang akan membantai siapapun. 

Ancaman begitu nyata hingga membuat keputusan yang terdengar tak rasional menjadi masuk akal. Misalnya saat Jack melempar kedua anaknya dari satu atap ke atap lain atau saat dia tak lagi ragu mengotori tangannya sendiri dengan darah. Intensitasnya selalu tinggi. Sebagian besar dari 106 menit durasi adalah mengenai keluarga Dwyer yang bersembunyi dan berusaha menyelamatkan diri. Dialog yang tipis menyelip diantara sadisme, kepanikan, teriakan, dan tangisan. Namun, narasi bergerak ke arah yang janggal saat filmnya mencoba terlalu serius dengan pesan moral dan politisnya. 


Bagi yang gampang tersinggung, temanya yang xenophobic bisa disebut rasis dan tak sensitif terhadap perbedaan kultur. Namun tak bisa disangkal, Dowdle mengeksploitasinya dengan efektif.