Pokerqq13 Situs Poker Terpercaya - pernah ngebayangin nggak gimana akhir hidup kita dan menghadapi pengadilan akhirat nanti? Serem, deg-degan tapi pasti bakal kita alami. Sooner or later. Sebagai seorang muslim saya percaya kebaikan atau keburukan sekecil apapun bakal ada balasannya. Nggak ada satu pun yang terlewat buat diperhitungkan. Nah, setelah nonton film Along With The Gods lalu saya jadi mikir gini, orang yang baiknya ampun-ampunan pun masih dituntut dan diancam diseret ke neraka.
Iya sih, nggak ada manusia yang suci bersih dari dosa. Terus mikir (lagi) tabungan amal kita sudah cukup? Dan sepertinya nggak akan pernah cukup karena kadang ada saja dosa yang tidak disadari yang kita lakukan. Bahkan white lie tetep saja dianggap dosa yang bakal dituntut seperti yang dialami oleh Kim Ja Hong (Cha Tae Hyun), seorang petugas pemadam kebakaran yang meninggal tidak lama setelah menyelamatkan seorang korban.
Di awal film Along With The Gods diceritakan, kebingungan Kim Ja Hong ketika ia merasa seakan-akan jadi ‘invisble man’. Nggak perlu pake lama, penonton pun diarahkan untuk paham kalau tokoh utama film ini sudah berpindah dunia alias meninggal. Ketika masih bingung menyaksikan suasana di sekitarnya, Ja Hong bertemu dengan dua malaikat Hae Won Maek (Joo Ji Hoon) dan Duk Choon (Kim Hyang Gi) plus satu malaikat yang posisinya mirip leader bernama Gang Rim (Hang Jung Wo). Mereka bertiga ini bertugas mendampinginya dalam 7 pengadilan di 7 neraka.
Serem, ngeri, kaget, shock, sedih, bingung dan perasaan lainnya mengaduk-ngaduk perasaan Ja Hong. Ia cuma mengkhawatirkan ibunya di luar sana, sementara ia dipaksa untuk menghadapi interogasi dari para pengadil di akhirat untuk kejahatan yang tidak dipahaminya.
Wait, tidak dipahami?
Iya, dalam situasi tertentu kita merasa apa yang kita lakukan itu adalah kebaikan tapi belum tentu jadi kebaikan buat yang lainnya. Semisal ketika Ja Hong berbohong membuat 98 surat palsu untuk menghibur anak temannya yang meninggal. Walau bagaimana pun kebohongan tetaplah kebohongan meski niatnya untuk menolong dan menyenangkan orang lain.
Film bergenre drama dan fantasi ini beberapa kali bikin saya ngikik termasuk ketika salah satu malaikat nyeletuk kenapa Ja Hong nanggung amat bohongnya? Tuh surat boongan kenapa nggak dibuat jadi 100 aja?
Satu persatu pengadilan demi pengadilan dihadapi Ja Hong dengan berbagai interogasi dan tuntutan dari ‘jaksa’ di akhirat yang nggak rela Ja Hong lolos dari hukuman. Di sisi lain para malaikat pelindung Ja Hong ini pun nggak mau nyerah. Mereka harus menyelamatkan klien ke-48nya agar mereka bertiga pun bisa mendapatkan reinkarnasi.
Saya sempat bingung juga soal ini. Jadi, mereka ini malaikat atau manusia yang juga meninggal seperti Ja Hong tapi mempunyai cara lain agar bisa mendapatkan ‘tiket’ untuk reinkarnasi berikutnya? Well karena saya nggak paham dengan konsep karma dan reinkarnasi dalam ajaran Budha, better nggak usah dipikirin serius saja, ya.
Saya pun lebih menikmati scene demi scene berikutnya di mana setiap perjalanan Ja Hong mengikuti pengadilan penuh dengan kejutan yang mengagetkan. Ja Hong masih merasa seakan-akan belum mati dan takut keselamatannya terusik. Semisal ketika gondola yang dinaikinya bersama dua malaikat pendamping nyaris jatuh ke jurang, nalurinya sebagai seorang ‘fire fighter’ refleks muncul.
Tapi ketegangan lagi-lagi mencair ketika salah satu malaikat ngomel-ngomel pas Ja Hong mengulurkan tangan buat menolong mereka. Malaikat pun masih bisa shock ternyata. Kurang logis sebenernya karena harusnya selow aja. Toh di akhirat ga akan ada lagi kematian, kan?
Di bagian lain, ketika di akhirat Ja Hong harus bisa membuktikan dirinya tidak bersalah, salah seorang malaikat pergi ke dunia untuk melakukan investigasi apa yang sebenarnya terjadi dengan masa lalu Ja Hong pun bikin saya bingung. Panel-panel komputer yang ada di salah satu neraka pengadilan itu kok dianggurin, ya? Kenapa ga ngecek dari sana aja? Mestinya sih ada videonya Ja Hong yang diputar. Selesai. Tapi kalau gitu, nanti dramanya ga akan dapat.
Saran saya sih Maks, kalau punya budget berlebih nonton film Along With The Gods bakal lebih seru di bioskop dengan fasilitas 4DX. Along With The Gods ini kaya akan efek CGI keren yang sensasinya bakal kita rasakan juga dengan kursi yang bergoyang ke depan, belakang, kanan atau kiri. Hembusan angin atau cipratan air juga bakal kita rasakan dalam beberapa adegan. Saya paling suka di bagian film yang menghadirkan efek pusaran pasir yang membentuk wajah ibunya. Ini salah satu part yang mengharukan, walau bentar aja.
Saya sempet kepoin juga kalau budget film ini menghabiskan sekitar 35,5 dolar amrik atau setara 40 juta won. Hitung deh, abis berapa dalam rupiah. Daripada kelenger mikirin budget yang fantastis itu,kita balik lagi aja ke filmnya, ya.
Didukung oleh aktor-aktris papan atas Korea, film Along With The Gods ini cukup halus menggambarkan alam akhirat dalam ajaran Budha menjadi sebuah hiburan plus drama tentang keluarga yang menyentuh. Konon katanya lebih nyesek kehilangan anak daripada orangtua. Sedih rasanya, lihat ibunya Ja Hong seorang tunawicara yang ga rela Ja Hong meninggal, ditambah dengan adiknya, Soo Hong (Dong Wook Kim), yang ikut menghilang.
Dengan raut nelangsa dan tatapan kosong, Ibunya Ja Hong nggak ada bosan-bosannya nyari anak sampai nekat masuk ke base camp tentara. Begitu dalamnya sayang seorang ibu sementara di akhirat sana Ja Hong menyaksikan ibunya sambil teringat pernah berbuat jahat ketika ia masih hidup.
Ada salah satu dialog Ja Hong dengan malaikat pelindungnya yang envy dengan kenangan masa lalu. Jika kita merasa ingin menghapus kenangan buruk, malaikat yang satu ini malah tidak punya satupun kenangan masa lalunya yang bisa diingat. Akan ada masanya kita tersenyum mengingat masa lalu yang tidak menyenangkan. Tersenyum senang karena sudah melaluinya dan hidup kita masih baik-baik saja, masih ada bagian hidup lainnya yang membuat kita bersyukur kalau hidup tidak selamanya hitam dan putih tapi ada warna-warna lain yang mewarnainya.
0 Comments