Pokerqq13 Agen Poker Terpercaya - Apa yang dicari oleh para penikmat film bergenre thriller ? Mungkin rata-rata menginginkan tingkat ketegangan yang dihadirkan. Yang lainnya mungkin menunggu aksi jenius dari sang psikopat dalammemburu calon korbannya. The Silence of The Lambs, diangkat dari novel laris karya Thomas Harris ini adalah film thriller psikologi yang memenuhi ekspektasi dari apa yang dicari dalam genre ini. The Silence of The Lambs sendiri adalah sekuel kedua dari lanjutan novel berjudul Red Dragon dan Hannibal Lecter. Menegangkan, breathtaking, dan jenius.
Baca Juga : Review Film 12 Angry Men, Saat Kebenaran Menjadi Pembenaran Tanpa Nurani, Di Jamin Seru Walau Film Jadul
Clarice Starling (Jodie Foster) seorang agen FBI yang masih akademi dengan record yang bagus, mendapat tugas dari Crawford (Scott Glenn) untuk mewancarai seseorang dalam upaya pelacakan pembunuhan berantai. Seseorang yang dimaksud itu adalah psikiater bernama Dr. Hannibal Lecter (Anthony Hokpkins). Dr. Lecter diisolasi dari dunia luar dalam penjara rumah sakit jiwa. Ia seorang psikopat sejati, dapat mempengaruhi pikiran seseorang dengan mudahnya. Clarice diminta untuk mencatat setiap laporan mengenai keadaan Dr. Lecter selama di dalam penjara, dengan tujuan mencari apakah dia memiliki keterlibatan dengan seorang psikopat pembunuh berantai yang tengah dicari, Buffallo Bill. Dr. Lecter berada di sel khusus dalam lorong paling ujung bersama para tahanan lainnya, dengan diawasi kamera pengintai dan pintu berlapis. Sebelumnya, Clarice telah diminta oleh Crawford untuk tidak membicarakan masalah yang terlalu pribadi, agar tidak mudah dipengaruhi oleh Dr. Lecter, serta jangan terlalu dekat karena sangat berbahaya.
Dalam penjara itu, Clarice banyak bercakap-cakap dengan Dr. Lecter yang sepertinya menyukai kepribadian Clarice. Dr. Lecter menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam menganalisis latar belakang hingga kepribadian, dalam hal ini adalah Clarice. Percakapan mereka semakin lama semakin mendekati masalah yang berhubungan dengan Buffalo Bill. Clarice berharap, dengan mengorek banyak informasi dari kemampuan luar biasa seorang Dr. Lecter, ia dapat melacak keberadaan Buffalo Bill dan motif dibalik semua pembunuhan yang dilakukannya. Dari hasil percakapan panjang tersebut, didapatlah nama Mofet dari Dr. Lecter. Dia sendiri yang meminta Clarice untuk mencari seseorang dengan petunjuk nama “Mofet”, yang mana dulunya adalah mantan pasiennya. Dari nama tersebut, Clarice kemudian mengembangkannya dan mendapatkan sebuah alamat gudang penyimpanan di Baltimore, bernama Your Self Storage. Apakah isi dari gudang tersebut ? Benarkah gudang tersebut merupakan petunjuk yang mengarah pada keberadaan Buffalo Bill? Lalu, petunjuk apa lagi yang akan Clarice dapatkan dari Dr. Hannibal ?
Clarice Sterling, memiliki keahlian di bidang psikologi dan kriminologi. Seseorang yang dengan kepribadian kuat, pemberani, dan tidak mudah terpengaruh. Dengan beberapa alasan tersebut, maka masuk akal lah bila Clarice mendapat tugas untuk mewawancarai Dr. Lecter yang dikenal mudah mempengaruhi pikiran seseorang. Diharapkan, Clarice yang kuat tidak mudah terpengaruh dan banyak informasi yang diambil untuk melacak keberadaan Buffalo Bill. Saya suka dengan karakter Dr. Lecter yang superior itu. Cukup dengan mendengarkan cara bicara, mencium bau, hingga melihat penampilan luar saja, Dr. Lecter bisa melihat kepribadian, latar belakang, hingga asal seseorang. Tidak salah bila dengan kemampuannya tadi, Dr. Lecter menjadi aset penjara RSJ yang kemampuannya digunakan dalam menangani sebuah kasus. Masalahnya, Dr. Lecter adalah tipe orang yang tidak mudah untuk diajak bicara. Bagaimana bisa Dr. Lecter mau berbicara dengan Clarice. Apa sebenarnya yang disukai oleh Dr. Lecter dari Clarice ?
Pada dasarnya, Clarice memang sosok dengan kepribadian yang kuat. Tapi, dia memiliki masa lalu yang buruk, yaitu terbunuhnya ayahnya saat bertugas sebagai polisi. Tapi, yang saya coba analisis adalah bahwa keinginan Clarice untuk menjadi penegak hukum, dalam hal ini FBI, sebenarnya bukanlah didasari pada kematian ayahnya, melainkan pada sebuah peristiwa di peternakan. Saat kecil, ia sering mendengar teriakan domba-domba yang disembelih. Melihat hal itu, Clarice tidak tega dan mencoba menyelamatkannya. Meskipun pada akhirnya domba yang diselamatkannya akhirnya disembelih juga. Ketidaktegaannya mendengar teriakan domba tadi selalu terngiang-ngiang di pikirannya dan berpengaruh pada psikologinya. Ia mengartikan bahwa teriakan domba tadi sebagai tangisan para korban kriminal yang perlu ia tolong. Hal tersebutlah yang mendasari keinginannya untuk bisa diterima sebagai agen FBI. Pengalaman itulah yang lalu menarik hati Dr. Lecter untuk mengenal kepribadian Clarice lebih dalam lagi.
Apa yang menjadikan The Silence of The Lambs menarik adalah penempatan karakter-karakter yang unik dan memorable dengan diperkuat berupa dialog-dialognya. Selain itu, tema yang diangkat berupa memanfaatkan “kriminal” untuk menangkap “kriminal” lainnya, menjadi senjata ampuh dalam memberikan kesan jenius bagi film ini dalam sudut pandang penonton yang melihatnya. Beberapa aspek lain yang bisa menjadi pendukung bahwa film ini bagus adalah pada pengambilan gambarnya. Ada scene dimana Clarice menyergap sebuah rumah dan secara bersamaan anggota FBI juga menyergap rumah di tempat yang berbeda. Di antara kedua rumah rumah tersebut adalah milik Buffalo Bill. Di situ penonton akan sukses dibuat terkecoh, karena pasti salah menebak yang mana rumah milik Bill. Untuk akting sendiri, saya memfavoritkan Anthony Hopkins yang sukses melakoni Dr. Lecter yang dingin, jenius, santai, tapi mematikan. Pada akhirnya, The Silence of The Lambs sukses menjadi tontonan yang menegangkan dan menampilkan berbagai permainan jenius lainnya.
0 Comments